Data sendiri adalah sebuah fakta yang ditemukan saat melakukan kegiatan ilmiah, kemudian dipakai sebagai dasar penarikan kesimpulan. Dari berbagai macam data yang ditemukan dalam penelitian, secara umum mereka dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Acuan yang umumnya digunakan untuk mengklasifikasikan data sebagai jenis kualitatif atau kuantitatif adalah bentuknya. Data kualitatif umumnya berupa data verbal yang bisa dideskripsikan dengan penjabaran kata, sedangkan data kuantitatif berupa data numerik yang deskripsinya menggunakan angka-angka dan tidak menjelaskan hubungan.
Data Kualitatif
Contents
Data kualitatif atau disebut juga data naratif, adalah data dalam penelitian yang menjelaskan suatu fenomena berdasarkan hal-hal yang umumnya tidak dapat dihitung. Oleh karena itu, data ini disebut data kualitatif karena berdasarkan kualitas dari suatu objek atau fenomena. Karena kualitas umumnya tidak mampu dijelaskan dalam bentuk angka dan statistik maka data kualitatif umumnya disajikan dengan menggunakan penjelasan deskriptif.
Data kualitatif mampu menggambarkan objek penelitian secara detail dengan uraian yang tidak dapat dijelaskan secara numerik. Oleh karena itu, meskipun tidak dapat diukur secara pasti, masih banyak peneliti yang memanfaatkan data kualitatif dalam penelitiannya.
Sayangnya, karena dijelaskan dengan kata-kata dan bukan angka yang mutlak, data jenis ini seringkali bersifat relatif. Selain itu, data kualitatif juga sangat bergantung pada objektivitas pengamat. Jika pengamat bersifat subjektif, bisa saja data yang didapatkan kurang akurat.
Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah jenis data dalam penelitian yang dapat diukur, dihitung, serta dapat dideskripsikan dengan menggunakan angka. Umumnya, data seperti ini digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang jelas dan sudah ada instrumen ukurnya.
Biasanya data kuantitatif diperoleh ketika melakukan penelitian yang bersifat statistik. Penelitian seperti ini mengumpulkan banyak data yang kemudian akan dianalisis menggunakan analisis statistika untuk menginterpretasi data tersebut menjadi sebuah statistik.
Berbeda dengan data kualitatif yang relatif, data kuantitatif lebih mutlak nilainya karena jelas ditunjukkan dengan angka. Oleh karena itu, kualitas data kuantitatif tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh subjektivitas pengamat.
Namun, karena data kuantitatif sangat bergantung pada angka dan data-data terukur lainnya, akurasi data tersebutlah yang mempengaruhi kualitas penelitian kuantitatif.
Oleh karena itu, dalam menggunakan data kualitatif, harus sangat diperhatikan kaidah sampling, populasi, dan metode-metode statistika lainnya untuk menjamin akurasi data yang didapatkan.
Beda Data kualitatif dan kuantitatif berdasarkan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan seperangkat instrumen pembantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penyajian data. Kedua jenis data ini memiliki instrumen penelitian yang berbeda pula.
Pada penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri dan catatan-catatan serta observasi yang dibuatnya. Hal ini terjadi karena umumnya data yang dihasilkan adalah data deskriptif dan penggambaran mengenai suatu hal.
Beberapa instrumen pendukung lain yang kerap digunakan misalnya tabel pengumpul data, tabel analisis data, hasil rekaman wawancara, serta foto-foto observasi wilayah.
Sementara itu, pada penelitian kuantitatif, instrumen yang digunakan lebih bervariasi, tergantung pada data statistik seperti apa yang ingin didapatkan. Pada umumnya peneliti menggunakan angket atau kuesioner untuk mengumpulkan data.
Setelah itu, ketika memasuki tahap analisis data, akan lebih banyak lagi instrumen pembantu yang dipakai guna memudahkan pengolahan data sesuai dengan kaidah statistika.
Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
Wawancara
Wawancara atau interview merupakan kegiatan tanya-jawab antara dua orang untuk mendapatkan informasi atau ide mengenai topik tertentu. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang yang biasanya tidak terjawab apabila hanya melalui angket atau kuesioner. Wawancara memungkinkan informasi yang didapat lebih mendalam (in-depth interview). Pada jenis instrumen pengumpulan data ini kalian harus menyusun lebih dulu interview guide atau panduan wawancara yang akan memudahkan kalian agar nantinya wawancara tidak melebar dan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan penelitian.
Observasi
Dalam istilah penelitian observasi diartikan sebagai kegiatan pengamatan secara langsung menggunakan seluruh panca indera. Observasi dapat dilakukan melalui tes, kuesioner, ragam gambar hingga rekam suara. Dalam melakukan observasi terdapat pedoman atau panduan yang biasa disebut lembar observasi yang berisi daftar jenis kegiatan pengamatan
Dokumentasi
Dokumentasi merujuk pada barang-barang tertulis. Instrumen ini memungkinkan peneliti memperoleh data melalui penelitian terhadap benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, catatan harian, artefak, video dan lain sebagainya. Instrumen ini dikembangkan dalam penelitian dengan pendekatan analisis isi. Oleh karenanya biasanya digunakan dalam penelitian seperti bukti-bukti sejarah, landasan hukum suatu peraturan, dan lain sebagainya.
Forum Group Discussion (FGD)
FGD bisa disebut juga dengan diskusi kelompok terarah. Instrumen ini mengacu pada suatu proses di mana peneliti dapat melakukan pengumpulan data melalui beberapa kelompok di waktu yang bersamaan. Keuntungan penggunaan metode ini adalah tingginya tingkat kredibilitas dan orisinalitas pada kegiatan penelitian. Meskipun begitu terdapat beberapa tantangan seperti terlalu memakan biaya, waktu serta tenaga.
Tes
Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan, latihan, lembar kerja dan lain sebagainya yang memiliki tujuan sebagai alat ukur keterampilan, intelegensi, kemampuan hingga bakat yang dimiliki oleh suatu individu atau kelompok yang menjadi subjek penelitian. Tes tersebut nantinya dapat berupa soal-soal terstandarisasi yang mengharuskan subjek penelitian untuk menjawabnya guna memperoleh hasil tertentu. Contohnya seperti tes kepribadian, tes minat bakat, tes potensi akademik, tes pencapaian, dan lain sebagainya.
Angket/Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan alat pengumpul data melalui sejumlah pertanyaan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari individu atau kelompok tertentu. Orang yang kalian tuju untuk mendapat informasi tersebut dikenal sebagai responden. Responden diharuskan mengisi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam angket atau kuesioner yang nantinya akan digunakan sebagai laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
Terdapat beberapa alasan mengapa angket atau kuesioner digunakan dalam pengumpulan data penelitian yaitu:
- kuesioner digunakan untuk mengukur variabel yang bersifat faktual
- kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian
- kuesioner memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Jenis Skala dalam Kuesioner
Skala Dikotomis/Skala Guttman
Hanya ada dua pilihan jawaban dalam skala dikotomis. Kedua pilihan jawaban ini bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
- “ya”, “tidak”
- “pernah”, “tidak pernah”
- “setuju”, tidak setuju”
Skala tidak memberi kesempatan bagi responden untuk bersikap netral. Ini karena ada kecenderungan responden untuk memberikan jawaban yang netral. Skala dikotomis mendorong responden untuk memberikan jawaban biner yang lebih jelas. Sehingga, kamu bisa mendapatkan hasil survei yang relevan. Terutama ketika kamu menyebarkan kuesioner. Akan tetapi, ketika jenis skala ini digunakan terlalu sering, responden akan merasa bosan. Ketika itu terjadi, responden akan cenderung memberikan jawaban yang positif alih-alih sesuai dengan keadaannya saat itu.
Skala Rating
Skala rating memberikan pilihan jawaban berupa rentang angka kepada responden. Berikut beberapa bentuk skala yang paling umum dari skala ini.
- 1–10
- 1–7
- 1–5 (dikenal juga dengan skala Likert)
Skala Likert adalah bentuk yang paling umum digunakan dalam kuesioner dari jenis skala ini. Ini karena responden memiliki pilihan jawaban yang cukup banyak. Biasanya, responden akan diberikan pilihan seperti “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” sebagai jawaban. Sayangnya, penggunaan skala ini memiliki kelemahan. Responden akan cenderung memilih jawaban yang positif atau netral untuk memenuhi keinginan sosial.
Skala Diferential Semantik
Metode dari skala diferensial semantik adalah mengumpulkan data dan menafsirkannya berdasarkan makna konotatif dari jawaban responden. Skala ini biasanya memiliki kata dikotomis di kedua ujung spektrum. Pilihan jawaban dari sakala ini tidak berbeda dengan skala dikotomis. Bedanya, responden dapat memilih satu dari tujuh rentang poin yang diberikan. Kamu bisa menyebut skala ini Penggunaan skala diferensial semantik ini dapat bervariasi. Sehingga sering kali digunakan aplikasinya dalam riset pasar Biasanya, jenis skala ini digunakan untuk membandingkan merek, citra perusahaan, dan produk. Skala ini juga digunakan untuk mengembangkan campaign dan strategi promosi dalam studi pengembangan produk baru.
Skala Q-Sort
skala Q-sort membantu responden dalam menetapkan peringkat ke objek yang berbeda dalam kelompok yang sama. Sehingga, perbedaan di antara kelompok terlihat jelas. Pada skala ini, responden diminta untuk mengurutkan objek berdasarkan kesamaan menurut kriteria tertentu. Misalnya, persepsi, preferensi, atau sikap. Skala ini disebut juga sebagai skala urutan peringkat. Jumlah objek yang akan disortir idealnya tidak boleh kurang dari 60 dan tidak lebih dari 140. Umumnya, jumlah objek yang digunakan dalam kuesioner dengan jenis skala ini berkisar antara 60 hingga 90. Jumlah objek yang akan ditempatkan di setiap kelompok juga sudah ditentukan sebelumnya. Misalnya, responden diberi 100 pernyataan motivasi pada masing-masing kartu dan diminta untuk menempatkannya dalam 11 tumpukan, mulai dari yang “paling setuju” hingga “paling tidak setuju dengan”. Umumnya pernyataan yang paling setuju ditempatkan di atas sedangkan pernyataan yang paling tidak setuju ditempatkan di bagian bawah.
Skala Stapel
Jenis skala ini mungkin jarang terdengar dalam kuesioner. Padahal, skala stapel ini cukup sering digunakan. Skala stapel merupakan skala penilaian unipolar (satu kata sifat) yang dirancang untuk mengukur sikap responden terhadap objek atau peristiwa. Skala terdiri dari 10 kategori mulai dari –5 hingga +5 tanpa titik netral (nol). Penamaan stapel diambil dari nama pengembangnya Jan Stapel. Skala biasanya dibangun secara vertikal dengan satu kata sifat di tengah rentang nilai (-5 hingga +5). Responden diminta untuk memilih kategori respon numerik yang tepat yang paling menggambarkan sejauh mana kata sifat yang terkait dengan objek itu akurat atau tidak akurat. Semakin tinggi skor positif yang dipilih responden, semakin akurat kata sifat tersebut mendeskripsikan objeknya dan begitu pula sebaliknya.
Pingback: Kuliah Seru Y601 Statistika Pendidikan